Pelatihan Dinamika Kelompok dan Pengembangan Kelembagaan Kelompok Budidaya Kepiting Bakau

Hampir setiap program untuk masyarakat, baik dari pemerintah ataupun swasta dan individu, mewajibkan masyarakat untuk membentuk kelompok. Tidak heran bahkan pada tahap perencanaan pun, kelompok baru bermunculan. Membentuk kelompok sebagai mitra kerja atau penerima bantuan terbilang mudah. Cukup temukan beberapa orang yang bersedia menerima bantuan secara bersama-sama, maka kelompok baru pun akan terbentuk. Akan tetapi mempertahankan kelompok tersebut agar manfaat proyek atau program dapat dinikmati secara berkelanjutan sangat sulit. Sayangnya justru inilah yang sering terjadi. Tidak jarang sebuah kelompok yang baru terbentuk bahkan pecah kongsi di tengah jalan.

Karena alasan itulah, Tanggal 19 September 2021 lalu saya melakukan perjalanan atas undangan ibu Dr. Rosmawati, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Kendari, untuk memberikan pelatihan "Dinamika Kelompok dan Pengembangan Kelembagaan" kepada kelompok pembudidaya kepiting bakau di Kabupaten Buton Utara.

Butuh hampir seharian menempuh perjalanan dari Kota Kendari ke kota Ereke tempat di mana pelatihan berlangsung. Perjalanan dimulai pukul 8:00 dari Kota Kendari selama kurang lebih 2,5 jam untuk sampai di pelabuhan penyeberangan Amolengo, Kabupaten Konawe Selatan. Perjalanan dilanjutkan dengan kapal feri menuju Labuan, Buton Utara selama kurang lebih 45 menit. Tiba di Desa Labuan merupakan saat yang tepat untuk menikmati santap siang di sebuah warung yang sangat sederhana namun bersih. Sebuah nikmat tersendiri dalam perjalanan ketika bisa menyantap nasih merah, ikan bakar, sayur bening dan potongan tomat dan cabe, yang semuanya baru disiapkan ketika pesanan datang.

Perjalanan selanjutnya ke kota Ereka adalah cobaan berat bagi fisik dan emosi. Kondisi jalan ekstrim menyebabkan pegal yang terasa hingga hari berikutnya. Namun hal itu terobati oleh menu kepting di malam harinya.

Beberapa catatan sebagai bentuk evaluasi diri dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Membina sebuah kelompok yang baru terbentuk tidak cukup hanya dengan sebuah pelatihan seperti ini. Satu pertemuan dengan waktu sekitar 2 jam tidak cukup untuk membangun pemahaman yang solid akan pentingnya implementasi makna kerja sama untuk kepentingan bersama. Sebagai seorang fasilitator (BUKAN PELATIH!) saya seharusnya lebih aktif memotivasi komunikasi dan diskusi di antara anggota kelompok. Dalam kelompok seperti ini, perempuan seringkali lebih banyak diam dalam diskusi kelompok, sebagaimana yang saya temui. Selain itu, jika memiliki pilihan, saya lebih suka melaksanaan kegiatan serupa langsung di lapangan, di mana para peserta bisa merasa nyaman dan leluasa karena berada di tempat sendiri.

 Pada akhirnya pada perjalanan pulang kami mencoba menempuh jalur alternatif, yang ternyata tidak kalah buruk dengan yang sebelumnya, dan berakhir dengan 'tragedi' kecil. Alhamdulillah, ala kuli hal, semuanya adalah pengalaman yang patut menjadi pelajaran.

Blogs

Ada perdebatan dan canda tawa di kelas kami

Catatan kecil dari ESP Teacher's Training Series

Survei Rumah Tangga Petani-Pengolah Sagu

Agribusiness Marketing Game